http://sembung-ngawi.desa.id - Pada Senin (09/05) pukul 06:00 WIB bertempat di Balai Desa Sembung, masih dalam suasana Hari Raya Lebaran Idul Fitri 1443 H, Pemerintah Desa Sembung Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Ketua RT/ RW dan Tokoh-tokoh Masyarakat melestarikan tradisi Lebaran (Bodho/ Bakda) Kupat dan Lepet yang juga disebut sebagai "Bodho/ Bakda Kecil" dengan membawa ambengan berisi Kupat (Ketupat), Lepet, Sayur dan lain-lain.
Bapak Sigit adalah salah satu Tokoh Masyarakat dimana setiap acara bodho kecil selalu mengingatkan filosofi dan makna dari makanan yang dibawa seperti Kupat dan Lepet.
Konon adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.
Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain. Lepet (Jawa) atau Leupeut (Sunda) adalah sejenis penganan dari beras ketan yang dicampur kacang, dan dimasak dalam santan, kemudian dibungkus daun janur. Penganan ini lazim ditemukan dalam lingkungan Masakan Jawa dan Sunda di pulau Jawa dan populer disantap sebagai kudapan. Lepet mirip lemper dan lontong, meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket karena menggunakan beras ketan, dan memiliki cita rasa yang lebih gurih karena dicampur santan dan kacang.
Arti Kata Ketupat atau Kupat, Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau Kupat merupakan kependekan dari : Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya Mengakui Kesalahan. Laku Papat artinya Empat Tindakan.
Lepet mirip lemper dan lontong, meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket karena menggunakan beras ketan, dan memiliki cita rasa yang lebih gurih karena dicampur santan dan kacang.
NGAKU LEPAT.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa. Sungkeman sebagai manifestasi dari pentingnya Berbakti dan menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang Tua atau orang yang lebih Tua.
LAKU PAPAT:
– LEBARAN.
– LUBERAN.
– LEBURAN.
– LABURAN.
LEBARAN
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
LUBERAN
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum fakir, miskin. Mengeluarkan zakat fitrah.
LEBURAN
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
LABURAN
Berasal dari kata Labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
FILOSOFI KUPAT – LEPET
KUPAT
Kenapa mesti dibungkus Janur ? Janur, diambil dari bahasa Arab ” Ja’a nur ” (telah datang cahaya ). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat HATI manusia (Kupat dibelah menyerupai bentuk Hari). Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti Kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa penyakit (iri, dengki, hasut, sombong dll). Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus CAHAYA (ja’a nur).
LEPET
Lepet = silep kang rapet. Monggo dipun silep ingkang rapet, mari kita Kubur/Tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepet,
meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya Ketan dalam Lepet.