http://sembung-ngawi.desa.id - Dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional sangat memerlukan salah satu unsur penting yaitu dengan meningkatkan produktivitas tanaman padi karena keadaan ketahanan pangan nasional berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia. Padi adalah salah satu komoditi di Indonesia yang paling banyak dikerjakan oleh petani di Indonesia. Rakyat Indonesia sangat tergantung pada petani padi sampai saat ini walaupun bahan pangan lokal lain seperti singkong, sagu, ubi dan lain lainnya sudah mulai digalakkan. Begitu juga masyarakat di Desa Sembung Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi masih menganggap beras merupakan makanan pokok utama Sehingganya Petani maupun Kelompok Tani di Desa Sembung masih banyak yang menanam padi pada lahan sawahnya.
Berdasarkan Sumber Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama utama tanaman padi dengan efek kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase generative hingga fase penyimpanan di gudang, dengan kerusakan kuantitatif yaitu penurunan bobot produksi akibat dikonsumsi tikus hingga kerusakan kualitatif yaitu adanya kontaminasi kotoran maupun mikroorganisme lainnya yang terbawa oleh tikus. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan hama tikus ini mencapai 20-50% per tahun. Pengendalian hama ini relatif lebih sulit karena sifat biologi dan ekologinya yaitu tubuhnya yang fleksibel, mudah beradaptasi, mudah berkembangbiak dengan sifat prolifik yaitu beranak lebih dari 5 ekor dengan waktu kebuntingan yang singkat yaitu 21-24 hari serta memiliki tempat persembunyian yang sulit dijangkau manusia.
Petani memerlukan strategi dalam pengendalian hama tikus sawah yang dilakukan pada awal musim tanam secara intensif dan berkelanjutan sebelum tikus berkembangbiak. “Fase generatif yaitu pada masa tanaman padi bunting merupakan fase awal pemicu perkembangbiakan tikus. Saat padi bunting, tikus akan memakan dan merusak titik tumbuh atau memotong pangkal batang serta memakan bulir gabah bahkan terkadang rumpun padi bisa habis dikonsumsi. Pada fase padi bunting, tanaman padi mengeluarkan aroma tertentu dan bulir padi belum mengalami proses pengerasan fisik pada bagian kulit sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi, selain itu kandungan karbohidrat yang ada pada padi pada masa transisi dari substansi cairan ke bentuk padat, cenderung lebih disukai oleh tikus.” terang salah satu Petugas Lapangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi dalam Kegiatan Gropyok Tikus di Kawasan Sawah Bengkok Dusun Sembung I dan V Desa Sembung.
Kearifan lokal “Gropyok Tikus” dilakukan bersama Bapak Kades, BPD, Poktan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan Petugas Lapangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi dimulai pukul 06:00 hingga 10:00 pada Kamis (12/05) dengan bahan Belerang dan alat Gas LPG 3 Kg serta selang dan penyemprot (emposan/ fogging) yang bisa menghasilkan asap dan yang bisa dialirkan ke lubang tikus dengan cara memutar tuas kipas, maka asap beracun akan keluar, asap inilah yang dimasukan/diarahkan, kedalam lubang2 tempat tikus bersembunyi dilahan persawahan. dengan pengasapan ini tikus2 tersebut akan mati.